Kings of Convenience Liputan Konser (3) : KOC After Party

September 24, 2008 at 3:07 pm (GATRA, Journal, Musique, Reportage) (, , , , , , , , , , , )

After Party

Traffic Light. Jalan Braga.

Seusai pertunjukan. Bersama DJ Erlend Oye dan Party-enjoyer Eirik.

Seusai pertunjukan, pesta bersama KOC masih akan tetap berlangsung. Selanjutnya adalah di Traffic Light (TRL). A bar and lounge. Sebuah bar yang berlokasi di kawasan Braga.

Di bar yang berada di lantai dua sebuah gedung kuno ini, KOC berkumpul bersama the partygoers (penggila pesta). Mereka yang di sana adalah lingkungan sendiri.

Fast Forward (FFWD) selaku penyelenggara di Bandung memang terkenal selalu mengadakan after party di TRL. Sebuah pesta kecil. Sebuah moment usai penampilan di mana siapapun bisa ikut bergabung. Termasuk kali ini bersama KOC.

Di TRL, Erlend bahkan tampil sebagai DJ selama tak kurang dari satu jam. Enjoy the Silence milik Depeche Mode dan There’s a Light that Never Goes Off dari The Smiths adalah dua remix di antaranya yang ditampilkan. Menjelang Erlend menutup penampilannya sebagai DJ, Bizzare Love Triangle yang sangat populer dari Frente juga turut menggairahkan penggila disko.

After Party ini adalah penampilan ekstra dan cuma-cuma dari KOC. Sekaligus memberi kesempatan bagi penggemar yang tidak sempat menikmati penampilan panggung mereka sebelumnya. Seperti yang dilakukan Tisa dan teman-temannya. Mereka menyengajakan datang ke TRL untuk bertemu langsung dengan duo Norwey ini.

Mereka menyempatkan berfoto bersama. Juga turun ke lantai disko bersama.

Menurut mereka, tiket yang dijual memang terlalu mahal. Seandainya Rp 150.000 – Rp 200.000, kemungkinan besar mereka masih sanggup. Maklum, kantong mahasiswa pada umumnya memang pas-pasan.

Tentu saja, penampilan Erlend ini sangat jauh berbeda dengan KOC beberapa jam sebelumnya. Namun bagi penggemar berat KOC. Tentu takkan heran melihat hal ini. Sebelum melahirkan album indie pop KOC yang ke-2 (Riot on an Empty Street) Erlend justru selama tiga tahun lebih dikenal sebagai DJ di Eropa.

Sedangkan KOC, disebut-sebut sebagai Simon & The Garfunkel versi dekade ini. Musik KOC seringkali dikaitkan dengan duo lawas yang populer pada dua dekade silam. Seperti komentar Eric, pengasuh milis kritik musik, Deathrockstar. “Saya suka KOC karena saya suka Simon & the Garfunkel,” ujarnya di TRL pada saya.

*

Eirik tampak lebih suka minum bir dan duduk. Sementara Erlend, langsung menuju turn table seraya minum coke. Pesta kembali dimulai.

Kesempatan seperti ini memang menarik. Sambutannya juga tak kalah heboh saat Erlend maju ke turn-table untuk ber-DJ. Sementara Eirik yang pada awalnya hanya duduk-duduk saja kemudian pun turut turun ke lantai disko.

Di TRL, mereka cenderung tidak banyak mengobrol. Hanya meladeni para gadis yang sibuk ingin berfoto bersama. Sebelumnya, Eirik dan Erlend memang turun ke lantai dansa. Bersama yang lainnya. Mereka yang ada di sana sangat menyambut dan menerima kehadiran KOC sebagai sesama pengunjung bar. Mereka bersama-sama ada di lantai dansa. Sebagian lainnya, secara normal, ada yang duduk di bar. Ada pula yang duduk-duduk di sofa menyaksikan.

Namun keduanya tetap menjadi pusat perhatian. Rasanya, ke mana pun mereka melangkah. Apapun yang dilakukannya, selalu akan ada yang mengamatinya.

Eirik menyudahi diskonya sebelum Erlend selesai ber-DJ. Sementara tak lama kemudian, Erlend pun selesai dengan turn table itu. Genap sudah satu jam Erlend memimpin disko di TRL. Terhitung dari jam 01.00 s.d. 02.00 WIB. Selanjutnya, Erlend menyantap nasi goreng yang sudah dipesankan manajernya. Tak lama kemudian mereka berdua beserta manajer beranjak dari TRL. Para pengunjung pun mulai berkurang. Meskipun disko tetap berlangsung hingga jam 3 pagi. Namun, sudah sepi pengunjung. Closing time.

salam,.

my>k

Permalink 1 Comment