Audience in Commentaire for KOC in Concert (full)

September 24, 2008 at 4:06 pm (GATRA, Journal, Musique, Reportage) (, , , , , , , , )

Lampiran II

Transkrip opini audiens

Beben (26) (mahasiswa FSRD ITB/ seniman)

Puas. Karena memang KOC bagus.

Sound-nya bagus.

Untuk orang Bandung, tiketnya lumayan mahal.

Tidak sengaja dapat tiket. Gara-gara terlalu mahal. Tiba-tiba dapat. Temennya kasih.

Kalo ia tidak mendapatkan ID secara Cuma-Cuma, ia tidak akan bela-belain membelinya. Karena terlalu mahal.

Angga (24) (Arsitek)

Keren. Pertunjukannya over all keren.

Kepenuhan. Pengap. Panas abis. Seharusnya lebih besar. Bandung sudah saatnya punya ruangan yang akustiknya bagus.

Karena panitia sudah memperingatkan agar penonton tidak banyak Soundnya jernih.

Peraturan panitia bahwa penonton tidak boleh bicara terlalu keras. Menolong sound keluar lebih jernih.

Namun ruangan Dago Tea House kurang bagus untuk akustik.

Kalau mereka bicara agak pelan sedikit tidak terdengar jelas. Meskipun mereka bicara dengan bahasa Inggris. Kadang tertangkap kadang tidak.

Barangkali Bandung sudah saatnya memiliki gedung pertunjukan yang besar. Namun tidak sebesar Gedung Sabuga. Karena Sabuga kurang sesuai juga. Serta gedung yang dirancang khusus untuk format musik akustik seperti ini.

Ia fans dan suka musik seperti itu.

Harga tiket diharapkan bervariasi sesuai dengan tempat duduknya. Jangan dipukul rata.

Untuk sebuh KOC, harga tiket cukup. Tapi tetap tidak adil dan rasanya kemahalan bila dipukul rata bagi yang duduk di depan maupun di belakang.

Karena sudah bekerja, ia jabanin juga membeli tiket.

Karin (20) (pelajar)

OK. Rugi banget kalau gak nonton.

Harga tiket sebanding dengan penampilannya.

Seperti mendengar langsung dari CD.

Vina (22) (penyiar radio Oz)

Puas banget. Tidak sia-sia membayar 250 ribu. Sialan kenapa harus bayar. Orang-orang bisa juga gratisan.

Agak sedikit mahal. Tapi fine.

Nge-fans.

Speaker banget. Ia duduk tepat di samping speaker.

Ternyata orang lucu. Justru lucu. Mereka bisa main musik seperti itu, tapi orangnya lucu. Imut. Begitu muda. Dan gila.

Mereka berdua sudah kelamaan bergaul bareng sehingga tampaknya saling melengkapi. Begitu match di atas panggung.

***

salam,.

my>k

Permalink Leave a Comment

Kings of Convenience Liputan Konser (2): Audience on Commentaire for KOC in concert of Bandung, ID

September 24, 2008 at 3:01 pm (GATRA, Journal, Musique, Reportage) (, , , , , )

Komentar audiens

Rata-rata audiens berkomentar puas akan penampilan duo Norwegian ini. Karena bagi mereka, KOC memang sudah istimewa. Harga tiket Rp 250.000 terbilang tidak menguras kantong sia-sia. Meskipun bukan berarti harga itu terbilang murah. Seperti Angga (24). “Karena tidak ada kategori posisi penonton (kursi), rasanya tiket kemahalan,” tuturnya. “Sebaiknya ada kategori tempat duduk,” lanjutnya.

Sementara bagi Vina (23) dan Karin (20) yang mengaky nge-fans berat. Harga tiket itu memang sebanding dengan penampilan KOC.

Lain lagi dengan Beben (26), salah satu audiens yang memperoleh ID secara gratis dari kawannya. Ia mengaku harga tiket kemahalan. Meskipun ia juga nge-fans, namun ia tidak akan menyengajakan membeli tiket.

Secara umum, penampilan KOC sangat memuaskan. Hal ini memang tampak jelas dari respon audiens yang sangat antusias sepanjang penampilan hingga ke puncak ekstranya. Bisa dipastikan, mayoritas yang datang adalah fans berat KOC.

KOC memang duo pemain dan pencipta musik yang andal. Singkatnya, bagus dan keren bagi penggemarnya. Sound yang keluar sangat jernih. Namun sayangnya, untuk menggapai audiens yang lebih dari 1000 orang, kekuatannya kurang.

Saran panitia agar audiens tidak bicara keras-keras sangat menolong tertangkapnya volume. Obrolan yang dilontarkan Erlend di panggung pun timbul tenggelam. Kadang bersaing dengan musik. Kadang tenggelam entah di mana. Selain karena persoalan bahasa yakni Bahasa Inggris yang sangat british style (beraksen kuat Inggris), kekuatan volume menjadi kelemahannya.

Barangkali sudah saatnya, Bandung memilki gedung pertunjukan yang sesuai untuk musik akustik dan berkapasitas besar. Meskipun tidak perlu sebesar Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga). Harga sewa gedung yang mahal dan semangat aliran indie dirasa tidak akan sesuai di tempat yang sangat komersil.

Meskipun ada beberapa yang kemudian keluar dari lokasi justru pada saat KOC sedang main. Rupanya, mereka bahkan tidak tahu lagu-lagu KOC. Mereka hadir karena diberi ID gratis (free-pass/ undangan). Namun di tengah-tengah konser, mereka sadar bahwa KOC kurang menarik perhatian mereka untuk tetap tinggal.

Seperti Windy (26). Ia mengaku tidak terlalu menyukai musik KOC, maka ia keluar.

**

salam,.

my>k

Permalink Leave a Comment